Rabu, 22 April 2015

Hari Bumi



Assalamualaikum Wr. Wb.

        Pada tanggal 22 April merupakan Hari Bumi Internasional yang diperingati setiap satu tahun sekali. Hari Bumi adalah hari pengamatan tentang bumi yang dirancang untuk meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap planet yang ditempat tinggali manusia yaitu bumi. Ditetapkan oleh Senator Amerika Serikat yang bernama Gaylord Nelson pada tahun 1970 merupakan seorang pengajar lingkungan hidup. Saat itu menyuarakan kecaman bagi para perusak bumi, perlawanannya terhadap polusi, pestisida, perusakan hutan, dan kepunahan satwa liar.
        Dia menyadari dengan menggerakan massa dan menyadarkan tentang bahasa polusi udara, air, dan tanah dapat mengantarkan isu perlindungan lingkungan kedalam agenda politik. Dengan bantuan politik, kerusakan lingkungan dapat diredam. maka sejak tanggal 22 April 1970, dunia merayakan hari bumi.
        Puluhan tahun berlalu dan bumi masih keritis. Tanpa disadari kita melakukan hal-hal kecil yang merusak bumi. Untuk itu, mari kita lakukan upaya atau setidaknya mengurangi penggunaan barang yang terbuat dari plastik seperti berhemat penggunaan kantong plastik, dan gunakan barang yang dapat digunakan kembali. Dari hal yang terkecil kita dapat menyadari pentingnya merawat lingkungan yang selamatkan dunia. Selamat Hari Bumi.

Wassalamualikum Wr. Wb.


Selasa, 21 April 2015

Raden Adjeng Kartini

Assalamualaikum Wr. Wb.

        Selamat hari kartini merupakan hari peringatan kebangkitan para kaum wanita Indonesia. Menurut sejarah banyak kaum wanita dulu tertindas tidak dihargai kenerjanya akan hak wanita. Raden Adjeng Kartini seorang perempuan lahir di Jepara dalam keluarga bangsawan Jawa saat masih menjadi bagian dari koloni Belanda. Ayah Kartini yang bernama Raden Mas Sosroningrat, menjadi kepala Kabupaten di Jepara, ' poligami adalah praktik umum dikalangan bangsawan pada saat itu.
        Ayah Kartini RMAA Sosroningrat pada awalnya distrik mayong dan Ibunya yang bernama MA Ngasiroh, putri dari Kyai Haji Madirono seorang guru agama diteluwakur, Jepara dan Nyai Haji Siti Aminah. Pada waktu itu, menurut peraturan kolonial belanda ditentukan bahwa kepala kabupaten harus menikahi seorang anggota keluarga bangsawan dan karena MA Ngasiroh bukanlah seorang bangsawan yang cukup tinggi.
        Ayah Kartini menikah lagi dengan perempuan anak keturunan langsung Raja Madura, anaknya yang bernama Raden Ajeng Woerjan (Moerjam). Ibu Kartini dilahirkan dengan keluarga yang memiliki tradisi intelektual yang tinggi. Kakeknya bernama Ario Tjondronegoro IV, diangkat bupati pada usia 25 tahun, dan sementara kakak Kartini yang bernama Sosrokartono seorang ahli bahasa. Kartini di izinkan oleh keluarganya untuk menghadiri sekolah hingga umur 12 tahun, di antara mata pelajar lainya, Kartini fasih berbahasa Belanda, dan itu suatu prestasi yang tidak biasa bagi wanita jawa pada waktu itu.
        Setelah 12 tahun Kartini harus berdiam diri di rumah, dalam aturan dikalangan bangsawan  Jawa merupakan tradisi untuk mempersiapkan gadis-gadis diusia yang mudah untuk pernikahan mereka. Gadis pingitan yang tidak diizinkan oleh orang tuanya untuk meninggalkan rumah orang tua sampai mereka menikah. Kita bisa melihat, bagaimana otoritas para wanita yang dialihkan kepada suami mereka. Ayah Kartini memberikan keringanan kepada Kartini selama pengasingan. Kartini diberikan hak istimewa seperti memberikan pelajaran menyulam, dan kadang-kadang tampil didepan umum untuk acara khusus. Selama pengasingan Kartini  mendidik terus dirinya sendiri.
        Karena Kartini mahir berbahasa Belanda, dia memiliki beberapa teman pena Belanda. Salah satunya dari mereka bernama Rosa Abendanon, mereka berteman sangat dekat. Melihat dan membaca buku, surat kabar, hingga majalah Eropa, Kartini tertarik dengan kemajuan perempuan Eropa, dan memupuk keinginan untuk memperbaiki kondisi perempuan pribumi, yang pada waktu itu memiliki sosial yang rendah.
        Kartini membaca surat kabar yang berjudul Semarang De Locomotief, disunting oleh Pieter Brooshooft, Leestromel, sebuah majalah yang diedarkan dari toko buku kepada para pelanggan. Kartini juga membaca majalah budaya dan ilmiah serta majalah wanita Belanda yang berjudul De Hollandsche Lelie. Melihat dari kontribusi jelas Kartini membaca segala sesuatu dengan banyak perhatian dan perhatian. Buku-buku yang telah dibaca Kartini sebelum usia 20 tahun dimasukan oleh Max Havelaar dan Surat Cinta oleh Multatuli. Dia juga membaca De Stille Kracht (The Hidden Force) oleh Louis Couperus, karya-karya Frederik Van Eeden, Augusta de Witt, penulis romantis feminis Mrs Goekoop de-jong Van Bee, dan sebuah novel anti perang oleh Berta Von Sutter, Waffen Nieder mati! (Lay Down Your Arms!). Semua berada di Belanda.
        Keprihatinan tidak hanya pada bidang emansipasi wanita, tetapi juga masalah terhadap masyarakatnya. Kartini melihat bahwa  perjuangan bagi perempuan untuk memperoleh kebebasan, otonomi, dan persamaan hukum itu hanya bagian gerakan yang lebih luas.
        Orang tua Kartini mengatur pernikahannya dengan Raden Adipati Joyodiningrat, seorang kepala kabupaten Rembangn yang sudah memiliki tiga istri. Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903. peristiwa ini bertentangan dengan keinginan kartini, tetapi dia setuju untuk menenangkan ayahnya yang sedang sakit. Suaminya mengerti tujuan Kartini dan memungkinkanya untuk mendirikan sekolah wanita di sebelah timur gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang.
        Kartini melahirkan anaknya hasil pernikahannya dengan Adipati Joyodiningrat, pada tanggal 13 September 1904, tidak lama beberapa hari kemudian Kartini meninggal pada tanggal 17 September 1904 di usia yang masih 25 tahun, yang dimakamkan di desa Bulu Rembang. Terinspirasi oleh contoh kartini, keluarga Van Deventer mendirikan Yayasan Kartini yang dibangun untuk perempuan. "Sekolah Kartini" di dirikan di Semarang pada 1912, dan di ikuti sekolah-sekolah lain di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon, dan daerah lainnya.
        Raden Adjeng Kartini terbukti telah berhasil mewujudkan dan memperjuangkan mimpi-mimpi, hak, serta emansipasi perempuan di Indonesia. Dampaknya dapat dirasakan sampai saat ini. Banyak Anggapan yang menyatakan bahwa Raden Adjeng Kartini bukanlah pahlawan, karena beliau tidak terjun langsung menghadapi penjajah di medan perang namun jaman itu, beliau adalah salah satunya perempuan yang berani melawan penjajah yang membelenggu perempuan dari kebodohan dan tidak mempunyai kebebasan dalam mendapatkan haknya.
        Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 108 Tahun 1964, yang menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapakan hari kartini pada tanggal 21 April, untuk diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai hari Kartini.
        Apa yang telah diperjuangkan oleh Raden Ajeng Kartini ternyata memiliki pengaruh besar yang positif dalam menginspirasi seluruh wanita terutama di Indonesia. Raden Adjeng Kartini merupakan tokoh wanita yang akan selalu menjadi inspirasi sepanjang masa. Perjuangan dan semangat hidupnya tidak akan pernah lekang oleh waktu.

Wassalamualaikum Wr. Wb.